Kamis, 02 Januari 2014

Allah, Aku, Kamu dan Perasaan Ini



Desiran angin pagi yang sejuk, kicauan burung yang bernyanyi indah dan dedaunan yang jatuh ke bumi layaknya musim gugur. Jiwa yang kacau, jiwa yang renta, jiwa yang rapuh terbuka menjadi jiwa yang penuh dengan semangat, pantang menyerah dan damai menyelimuti hati yang terluka terbutakan oleh cinta. Tiada penyesalan diraut wajah sang empunya, hanya senyum simpul yang terlukis di raut wajahnya. Manisnya iman telah ia rasakan ketika mengenal seseorang yang ia cintai karena Allah. Namun, itu harus ditepisnya jauh- jauh karena orang yang ia cintai tidak mencintainya. Bukan itu ia inginkan, hanya kepastian jawaban yang telah ia pendam selama bertahun- tahun.
Cerita ini berawal dari kisah seorang gadis remaja yang sedang di mabuk asmara, usia remaja yang merasakan masa puberitas membuat ia memandang rupa, ketenaran dan kantong yang memadai. Ia bukan seorang perempuan yang selalu jalan dengan setiap lelaki. Hanya saja, dia berusaha setia kepada seseorang yang tengah bersama ia. Dan terkadang kesetiaannya di salah artikan oleh pasangannya, sehingga ia harus merasakan pahitnya dikhianati, ketika pasangannya tengah berjalan dengan salah seorang kakak kelasnya. Ia tidak tau harus bahagia atau sedih, lain sisi dia bahagia karena Allah telah menunjukkan kepada ia betapa tidak baiknya pasangannya, dan bersedih karena ia telah dikhianati.
Berjalannya waktu, ia mulai melupakan masa lalunya, dan ia mulai mencintaimu seseorang yang menurut ia baik di dunia maupun akhirat. Orang ia cintai merupakan kakak kelas di sekolahnya, lebih tepatnya seorang pemimpin, bisa dikatakan ketua OSIS. Rasa itu mulai tumbuh ketika ia mengikuti sebuah acara di sekolah, dan pada acara tersebut dihadiri dari beberapa perangkat sekolah, di sini ia menilai bahwa seseorang yang ia cintai memiliki wibawa yang dapat membuat setiap wanita terpesona ketika melihatnya.
Masa remaja yang masih tergolong ababil, membuat ia tidak terkontrol dalam bersikap, sehingga orang ia cintai merasa illfeel dengan sikapnya. Namun, ia tidak perduli, dia tetap saja menganggap bahwa laki- laki yang ia cintai sama sifatnya dengan pasangan sebelumnya. Namun, itu salah. Orang ia cintai memiliki sifat dewasa, progressif dan cuek dengan hal- hal yang menurutnya tidak penting. Ini terlihat ketika ia mengirim SMS kepada orang yang ia cintai, dan SMS itu tidak direspon sama sekali.
Kehilangan itu terasa ketika ia harus pindah sekolah ke kota. Dan orang ia cintai pun telah menamatkan studi nya di sekolah tersebut. Sedih karena ia tidak akan melihat wajah orang ia cintai, sedih karena meninggalkan teman- temannya dan sedih meninggalkan kenangan- kenangan dimana ia dapat melihat seseorang ia cintai dengan jelas. Tidak dipungkiri hal yang paling bodoh ia lakukan ialah datang pagi- pagi sekali dan nongkrong di depan kelas dan menunggu orang ia cintai lewat dari depan pintu kelas yang akan menuju ke kantin. Teman- teman yang tidak tau tentang perasaannya mungkin beranggapan ia cewek bego yang setiap hari duduk sendiri di depan kelas. Tapi itu tidak membuat ia malu, ia hanya berkata “kalian tidak tau apa maksud dan tujuan ku duduk di sini”.
Sebelum ia meninggalkan sekolah tersebut, ia pun berusaha untuk mencari nomor handphone orang yang ia cintai. Hal ini bukan mudah, karena orang yang ia cintai bukan orang yang selalu memberikan nomor handphone nya kepada setiap orang. Ia pun berusaha mencari orang- orang yang terdekat dengan kakak kelasnya tersebut. Ketika ia mulai menyerah dan tak tau harus bertanya kepada siapa lagi, tiba- tiba teman kelasnya menanyakan “Udah dapat nomor handphone nya?” dengan lemas pun ia berkata “belum”. Ah, sudahlah gak rezeki kali ya, itulah yang terucapkan dari bibir manisnya. Temannya berkata” Nanti aku minta ya sama kakak ku, kakak ku satu kelas dengannya, mungkin kakak ku menyimpan nomornya. Ia pun kembali tersenyum dan berharap bahwa kakak temannya tersebut menyimpan nomor orang ia cintai.
2 Tahun Kemudian…
            Ia telah menyelesaikan studinya di sekolah tersebut. Dan yang harus ia sadari adalah bahwa ia segera menjadi seorang mahasiswi. Perasaan bangga tentu tergambar diraut wajahnya yang manis. Dimana ia akan lebih serius dalam menghadapi dunia pendidikan yang semakin hari semakin berkembang pesat. Kecanggihan teknologi yang begitu pesat sangat membantu dalam mendukung dunia pendidikan. Pada suatu kesempatan ia memberanikan diri untuk menghubungi nomor orang ia cintai tersebut. Dan, Wow nomor tersebut masih aktif. Ia pun merasa jantungnya bekerja tidak seperti biasanya. Dengan sepotong kalimat “Assalamualaikum, apa kabar?” ia mengirim pesan pendek tersebut ke orang ia cintai. Lima menit berlalu, sejam, dua jam dan lima jam kemudian orang ia cintai menjawab “Wa’alaikum salam, kabar baik. Maaf ini dengan siapa?”.
Ia sadar bahwa ia bukan anak- anak lagi yang harus bertele- tele dalam menjawab pertanyaan. Dan ia pun menjawab “ Ini mayrah kak. Masih ingat gak?”. Syukur Alhamdulillah orang yang ia cintai masih mengenal namanya, dengan ingatnya namanya ia merasa cukup bahagia karena bukan sembarangan orang yang dapat dihapal namanya oleh orang yang ia cintai. Apalagi orang ia cintai sekarang sedang menimba ilmu di sebuah Institut yang cukup terkenal di Indonesia.
            Dengan pesatnya teknologi, banyak sosial- sosial media yang membantu orang dalam berkomunikasi meskipun itu dalam jarak yang jauh. Pada masa itu Facebook salah satu media sosial sangat digemari oleh masyarakat. Ia pun membuat account Facebook. Tentu, ia berusaha mencari facebook orang ia cintai. Ia mencoba mencari di column search dengan menggunakan nama asli orang yang ia cintai. Dan, Bravo!!! Benar orang ia cintai menggunakan ID facebook nya dengan nama lengkap nya. Permintaan perteman pun telah diterima. Sebulan kemudian ia mencoba meng- inbox orang yang ia cintai tersebut. Dalam pesan tersebut ia mengutarakan rasa kagumnya terhadap orang ia cintai. Namun, sayang orang ia cintai menepis pertanyaan- pertanyaan yang ia lontarkan. Orang ia cintai berkata “Kamu terlalu berani untuk menyatakan itu”. Namun ia menjawab bahwa ia hanya ingin orang ia cintai tau perasaannya selama ini. Dan ia tidak berharap lebih, hanya saja ia ingin orang ia cintai bersikap tidak sombong terhadapnya, karena selama dua tahun tersebut orang ia cintai sangat cuek dan jarang sekali membalas SMS nya.
3 Tahun Kemudian….
            Sudah tak terasa bahwa ia sudah semakin dewasa. Semakin tinggi level studinya semakin dekat pula ia akan menghadapi dunia yang lebih nyata. Pada suatu ketika ia sangat merindukan orang ia cintai. Selama ini ia hanya bercerita kepada sahabat- sahabatnya bahwa ada seseorang ia cintai sejak SMA, dan sahabat- sahabatnya menganggap itu hanya omongan kosong yang tidak mungkin terjadi dikehidupannya. Kepribadian nya yang low profile, ceria dan sedikit tomboy membuat sahabat- sahabatnya sedikit tidak percaya, ini sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya, karena dia memiliki cerita cinta yang sangat suram. Setiap hari ia selalu bercerita bahwa ia sangat merindukan orang yang ia cintai. Bahkan hanya ingin mendengarkan suara orang ia cintai ia harus berpura- pura mengirim salah SMS dan menyuruh orang untuk menelepon dengan identitas yang lain, asal ia dapat mendengar suara orang ia cintai. Miris, memang. Sehingga suatu ketika temannya berkata “ Kenapa gak kamu langsung ngobrol sama dia”, dan ia menjawab “Jujur, jantungku tidak sanggup untuk mendengarkan suaranya, jantungku bekerja lebih cepat dari normalnya” mungkin kalian menganggapnya ini lebay, tapi itulah yang ia rasakan. Tepat pada bulan Mei, ia menangis karena sangat merindukan orang ia cintai, dia hanya memendam rasa tersebut, teman- temannya yang melihatnya heran kenapa menangis tersendu- sendu. Dengan simpati temannya bertanya “ Kamu kenapa menangis sayang,ada masalah apa?”, ia hanya menggelengkan kepalanya, ia gak mau dibilang cewek bego karena menangis karena seorang pria. “ Katakan, kamu kenapa?”, karena didesak ia pun menjawab dengan terisak- isak “ Aku merindukannya” dengan cucuran air mata. Teman- temannya pun mengusap air mata yang mengalir indah di pipi nya. Karena tidak tega teman- temannya pun mencoba menghubungi orang yang ia cintai. Ia sudah melarang temannya untuk tidak mengubunginya, namun teman- temannya tidak tega melihat ia harus galau setiap hari karena orang yang ia cintai, Please, aku mohon jangan hubungi ia aku takut ia akan membenciku, aku mohon” pintanya kepada teman- temannya. Sudah, kamu tenang saja kami yang akan bicara dengannya, yang penting kamu tenang” jawab temannya.
            Dan mereka mencoba menghubungi nomor lelaki tersebut, dan telepon itu diangkat. Dengan suara yang tegas, di seberang sana berkata “Assalamualaikum, ini dengan siapa? temannya pun menjawab dengan nama nya. Mereka berbicara panjang lebar sehingga ke inti dari pertanyaan. Ia hanya mendengarkan di samping teman- temannya, temannya menyamar menjadi dirinya. Ketika orang ia cintai berkata “Masalah hati? Emang kenapa dengan hatinya”, ia pun menjawab “Ia masalah hati, perasaan yang pernah ia sampaikan pada waktu 5 tahun yang lalu”. Orang ia cintai pun sedikit tidak percaya, bahwa ia masih mencintainya. Karena orang ia cintai mempunyai prinsip bahwa tidak ada system PACARAN, ia meminta waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebenarnya yang ia inginkan bukanlah hasil dari perasaan tersebut, tetapi hanya memberi tau perasaan ia yang sesungguhnya terhadap lelaki yang ia cintai. Itu aja. Lelaki itu pun meminta waktu untuk memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan…


3 hari kemudian…
            Hari ini adalah hari dimana lelaki tersebut memberi jawaban atas pertanyaan 3 hari yang lalu. Tepat pukul 20.00 WIB lelaki tersebut menghubunginya, tentu dengan orang yang sama, bukan dirinya, namun teman- temannya.
            Sebelum ke topic inti, tentulah ia membuka dengan pertanyaan basa- basi untuk mencairkan suasana, ketika tepat saatnya ia pun memberi tanda- tanda. Kalimat hmmm yang ia ucapkan membuat hatinya berdesir, deru nafas yang terdengar dari seberang sana menguasai atmosphere di ruangan tersebut, pelan- pelan lelaki tersebut menghembuskan nafasnya dan berkata “ Jawaban saya masih sama dengan 5 tahun ya lalu” dan itu semua diikuti dengan alasan- alasan yang logika. Ia hanya dapat tersenyum, namun tergambar diwajahnya bahwa ia kecewa namun memuaskan akhirnya ia tahu perasaan lelaki tersebut kepadanya. Tampak butiran air jernih yang menghiasi sudut matanya, namun ia menahannya dan mencoba tetap tersenyum. Teman- temannya mencoba menyemangatinya, paling tidak ia sudah tau perasaan lelaki tersebut kepadanya.
            Tidak dipungkiri dalam doa nya ia masih memohon lelaki tersebut akan menjadi imam kelak yang dapat membimbing dia ke jalan Allah. Jujur, benar ia mencintai lelaki tersebut karena Allah, bukan karena harta, rupa dan ketenaran lelaki tersebut. Ia tidak tau mengapa ia begitu yakin kepada lelaki tersebut, sehingga ia bertahan selama 5 tahun untuk mencintai lelaki tersebut. Tapi itu semua tiada artinya lagi, keadaan mengharuskan ia untuk move on.
            Suatu hari ia curhat kepada temannya “ Fa, apa mungkin orang seperti aku mendapatkan jodoh yang baik, apa mungkin seorang ikhwan (Laki- laki yang taat akan agama) memilih aku menjadi pendamping hidupnya” mungkin itu pertanyaan terbego yang pernah kalian dengar. Namun, dengan bijaksana temannya berkata “ Kalau kamu mau jodoh yang baik, maka perbaikilah dirimu sendiri, dalam sebuah hadis mengatakan jodoh kita tidak jauh dari cerminan diri kita, jadi perbaikilah dirimu dan akhlakmu J
            Setelah kejadian tersebut, Allah membukakan pintu hidayahnya kepadanya, ia menjadi pribadi yang lebih baik. Dia sudah mulai memenuhi semua kewajibannya sebagai seorang muslimah yang sejati, sehingga sahabatnya bertanya “ Kamu terkena doktrin apa, kok kamu agak beda dikit ya”, ia hanya tersenyum dan menjawab “ hanya ingin menjadi yang lebih baik aja kok”. Sahabat- sahabatnya senang dengan kepribadian ia sekarang, masa lalu nya yang begitu keliru, bersikap sesuka hati, cinta dunia, cinta kepada artis- artis korea yang pada saat itu lagi demam nya korea, dan ucapan yang terkadang tidak terkontrol.       
            Kehidupannya sekarang sudah kembali normal, ia lebih sering terlihat tertawa dan bergurau dengan sahabat- sahabatnya daripada harus merenung hal- hal yang membuatnya sakit hati. Ia belajar bukan untuk melupakan lelaki tersebut namun ia belajar untuk mengikhlaskan lelaki tersebut bukan lah miliknya. Sekarang ia hanya berserah kepada Allah, bahwa siapapun jodohnya kelak, itulah titipan Allah yang terbaik untuk menjaganya. Teman- temannya bahagia melihat ia sekarang dapat bermain bersama dengan hangat dan dalam ukhuwah yang erat, ia dan teman- temannya Husna, Nila, Nurul dan Nazila bukan hanya sekedar teman atau sahabat biasa namun sudah menjadi suatu keluarga yang apabila salah satu dari mereka sakit, maka yang lain juga akan merasa sakit juga.
Malam Nisfu Sya’ban…
            Malam itu adalah dimana jatuhnya malam Nisfu Sya’ban. Malam dimana tutupnya buku amalan. Saat itu ia tinggal dengan tantenya. Ketepatan seperti tahun- tahun sebelumnya, setiap malam nisfu sya’ban selalu membuat acara di kampung. Saat ia pulang dari kampus, “ Kamu ikut pulang kampung tidak?” tanya tantenya. Karena ia sudah lama tidak pulang kampung dia pun berkeinginan untuk ke sana dan melepas rindu di kampung dimana ia dilahirkan. Acara begitu meriah dihadiri oleh ustadz- ustadz dan tokoh adat di kampung tersebut. Pada saat itu ada salah satu dari keluarganya datang, dan ibu itu mempunyai keponakan, dan ibu itu bertanya kepadanya “ Kamu sudah punya calon belum”, ia hanya tersenyum “mana ada atu ibu, masih kuliah juga” jawabnya. Oh, enggak.. Ibu ada keponakan, nanti ibu kenalkan ya? Ia hanya tersenyum..
Setelah acara selesai, ibu itu pun menjumpainya, dan menyuruhnya keluar. Sebelumnya ia sempat menolak, karena ini merupakan hal yang gak biasa untuknya, namun Ibu tersebut meyakinkan hanya sekedar tegur sapa saja. Keponakannya telah menunggu di luar. Ia pun keluar untuk menjumpai keponakan ibu tersebut. Ia hanya menyungging senyuman ketika bertemu dengan lelaki itu  dan memperkenalkan dirinya,“Mayrah” dan ia mengambil tempat duduk.
Pembicaraan pun ngalur ngidul sehingga waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB, dan pada saat itu juga ia dan tantenya harus kembali ke kota karena suami dari tantenya kerja esok harinya. Tentu capek menyelimutinya, pulang pergi kota- kampung, lelah di jalan. Namun, menurutnya saat itu adalah hari yang cukup menyenangkan. Di pertengahan jalan lelaki yang diperkenalkan pada malam itu mengirim SMS kepada nya. Pembicaraan pun mulai mengarah kepada hal- hal yang sensitif, dengan sepotong kalimat “ Mayrah, ada gak laki- laki yang sedang dekat dengan kamu? Boleh gak saya datang ke rumah kamu?”. Ia hanya menjawab “ Tidak ada, hanya teman- teman saja yang dekat dengan saya, kalau hanya bersilaturahmi kenapa tidak, datang saja ke rumah”. Namun di sayangkan, ia tidak mendapatkan perasaan yang klik terhadap lelaki itu, dikarenakan ia tidak suka dengan lelaki perokok dan lelaki tersebut terlalu agresif untuk lebih mengenal nya.
            Semakin lama lelaki yang diperkenalkan pada nya lahan perlahan menjauh, mungkin lelaki itu sedikit kecewa karena Mayrah tidak begitu respond dengan perhatiannya. Ia hanya menganggap lelaki itu sebagai abang yang lebih tua darinya dan tetap ingin menjaga silaturahim.
Dua Tahun Kemudian…
            “Kamu mau apel Mayrah” kata Husna. Ia hanya menggelengkan kepala nya dengan lemahnya.  Mayrah kini dirawat di Rumah Sakit. Dia mengidap penyakit kanker otak. Mata yang sayu dengan tatapan kosong, bibir yang pucat, dan lilitan infus yang mengelilingi tangannya. Orang tuanya hanya bisa pasrah dan berdo’a untuk kesembuhan anaknya. Segala hal yang dapat menyembuhkannya sudah dicoba namun tidak ada satupun yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Dengan cara lain ia harus meminum obat- obatan untuk menahan rasa sakitnya. Tidak pernah terbayangkan oleh teman- temannya ia akan seperti ini. Kepribadian ia yang riang, mudah tertawa dan suka bergurau kini telah punah.
            Kepribadiannya yang ramah membuat orang- orang mengenalnya. Orang- orang silih berganti menjenguk ia. Mereka tidak menyangka bahwa ia akan  seperti ini. Komentar- komentar tentang bagaimana dia bermasyarakat, berteman dan berkeluarga sangat sedih melihat kondisi ia yang seperti ini, tidak terkecuali sahabat- sahabatnya. Siang itu orang tuanya meminta Husna, Nazila, Nurul dan Nilam untuk menjaganya, karena orang tuanya ada urusan mendadak. Sahabatnya dengan ikhlas menerima permintaan itu. Sahabatnya pun dengan sabar menjaga dan mengaji untuk kesembuhan dirinya. “Lihat, mengapa Mayrah mengeluarkan air mata diujung matanya” tanya Husna. Ia pun membuka matanya yang telah berkaca- kaca. Sahabat- sahabatnya bertanya mengapa ia menangis. Dengan suara yang lemah ia menjawab “ Aku sangat merindukannya dan diikuti air mata yang mengalir deras di pipinya”. Sahabat- sahabatnya saling tatap- tatapan. Mereka tau siapa yang ia maksud. Mereka mencoba untuk menasihatinya agar jangan terlalu memikirkan hal- hal yang rumit, namun air matanya selalu mengalir,ia memalingkan badannya agar suara tangisannya tidak begitu terdengar dan ia tidak ingin membuat teman- teman bertambah sedih. “ Kamu tenang ya? Kita akan mencoba menghubungi kakak itu, jangan menangis lagi ya?” Kata Husna mencoba meredakan kesedihan Mayrah. Agar tidak terdengar oleh Mayrah sahabat- sahabatnya menghubunginya di luar ruangannya.
Tut….tut…tut
“ Assalamu’alaikum…?
“Wa’alaikum salam, maaf ini dengan siapa ya?” Jawab di sebrang sana
“Hmmm… Maaf kak mengganggu, ini Nazila temannya Mayrah.
“ Oh, Iya ada keperluan apa ya Nazila???”
“ Kak Nazila mohon, kakak bisa pulang ke Medan tidak??? Mayrah ingin bertemu dengan kakak?
“Loh, ada apa emangnya, kenapa kakak harus pulang? Maaf kakak lagi ada banyak kegiatan di sini”
“ Nazila mohon banget kak, hanya kakak yang bisa membuat Mayrah tenang, Ia sangat merindukan kakak dan ingin bertemu dengan kakak!!!
“ Kenapa ia tidak datang ke sini, kalau memang ingin bertemu ya datang ke sini, kenapa kakak yang harus ke sana” dengan suara meninggi
“ Ada hal yang tidak dapat membuat ia ke sana kak… Mayrah…. *Husna merampas handphone dan langsung menjawab
“ Kami mohon dengan sangat sekali lagi kak Ravi, kalau Anda masih punya hati tolong temui Mayrah di Rumah Sakit Permata Bunda, Ruang Melati N0 8, Terima Kasih”
            Husna menutup teleponnya. “Sesibuk apa sih dia sehingga tidak bisa meluangkan waktunya untuk menjumpai Mayrah” kesal husna. Semoga dia berpikir dan berubah pikiran untuk menjumpai Mayrah. Ini salah satu cara untuk Mayrah agar bisa bertahan hidup dan semangat untuk sehat. Ya Rabb, ridhai lah cara kami ini ya Rabb. Amiin*diikuti yang lainnya.
Kamis 30 April 2015
            “ Suster tolong ambilkan alat pemompa jantung, cepat!!!”. Ruangan itu dipenuhi oleh manusia- manusia yang berjubah putih lengkap dengan peralatan- peralatannya. Suara isak tangis terdengar dari luar ruangan. Titt….tit….titt…. Garis merah lurus tergambar dari alat tersebut. Dokter hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sang dokter pun keluar dari ruangan tersebut. Orang tua, keluarga dan sahabat- sahabatnya langsung menghampiri sang dokter. Bagaimana keadaannya dok, bagaimana keadaannya???. Dokter menghela nafasnya dan dengan hati- hati terucap kata dari mulutnya, kami telah berusaha semampu kami, namun Allah mempunyai jalan lain, maafkan kami. Semoga ibu dan bapak dapat mengikhlaskannya. Saya pergi duluan ya Pak Buk. Isak tangis pun mengisi ruangan tersebut. Orang tua, keluarga, sahabat dan yang lain silih berganti melihat tubuhnya yang kaku di ruang tersebut. Mereka tidak menyangka akan terjadi seperti ini, impian dia ingin menjadi makmun di belakang orang yang ia cintai kini telah dibawa nya ke dunianya yang baru. “Selamat jalan Mayrah, semoga kita bertemu kembali di dunia yang lebih indah” kata Nilam diiringi dengan isak tangis. Mereka mencoba mengikhlaskan kepergian sahabatnya tersebut. Keesokan harinya ia pun dikubur dan begitu banyak orang yang mengiringinya ke tempat peristirahatan yang terakhir. Orang tuanya masih tidak sanggup melepaskan kepergiannya, sang Bunda pun tinggal di rumah, hanya Ayahnya saja yang ikut mengantarkannya. Teman- temannya hanya bisa mendoakan nya.
3 Hari Kemudian…
            Ting tong… #bel berbunyi
Sudah Buk, biar Nurul aja yang buka pintunya (selama tiga hari sahabat- sahabat Mayrah menginap dirumahnya sekaligus membantu Bunda Mayrah). Iya sebentar.. “Assalamu’alaikum #toktoktok” ucap di luar sana. “Iyaa… Wa’aalaikum…salam (dengan suara terpatah- patah)”. Kak Ravi??? tanya Nurul keheranan. Silahkan masuk kak, tawar Nurul. Iya makasih. Siapa yang datang Nurul?”tanya Bunda Mayrah dari dapur, teman mayrah buk”jawab Nurul. Husna, Nazila dan Nilam penasaran, teman yang mana datang, mereka pun menuju ke ruang tamu, dan Dia orang yang Mayrah cintai datang. Suasana hening sejenak. Husna memulai pembicaraan “Bagaimana kakak dapat menemukan alamat rumah ini, kapan datang, katanya sibuk, kok bisa datang, kenapa gak setahun lagi aja datangnya, hah!!! Husna sabar sabar, mereka mencoba menenangkan emosi Husna. Dengan nada agak meremehkan kakak itu menjawab,” Yah, teman kalian itu kan agak eksis ya di dunia maya, jadi dia menuliskan alamat nya di profile, kalau masalah kapan datang, itu bukan urusan kalian ya, kalau dibilang sih sibuk, cuma karena permintaan kalian ya kakak mau bilang apa dan kalau kalian tanya kenapa gak setahun lagi datangnya, mau kakak sih gak usah datang, cuma sedikit penasaran sih kenapa kalian menyuruh kakak datang untuk menemui Mayrah. Sekarang panggilkan sana si Mayrah, katanya ingin ketemu, soalnya kakak gak punya banyak waktu karena ada kesibukan yang lain yang lebih penting” dengan suara meninggi. Semua hening. Mayrahnya mana!!! Mau ketemu tidak, soalnya saya gak punya banyak waktu loh!! Kalau kakak memang mau ketemu Mayrah, ikuti kami!
            Mereka pun pergi ke kuburan Mayrah, siang itu cuaca tidak begitu membakar kulit. Mereka mengendarai mobil. “ Emang si Mayrah kemana sih, buat repot aja harus pergi lagi untuk menemui dia” tanya Ravi. Mereka hanya diam. “Hei kalian kok diam, bisu ya?” tanya nya. Sudah gak usah bawel banget, dia di sana, bentar lagi kita nyampai kok, jadi gak usah bawel. Oke!! Fokus aja nyetirnya”bantah Husna. Sesampainya di kuburan, mereka hening, tak terkecuali kakak tersebut. “ Di situ Mayrah, sapa lah kak, dia sangat merindukan kakak,hibur lah ia kak, selama bertahun- tahun ia merindukan suara kakak, melihat wajah kakak, saling berbagi dengan kakak, tapi itu harus ia pendam dan takkan mungkin ia rasakan” ucap Husna. Nilam, Nazila dan Nurul hanya bisa diam dan terlihat bulir- bulir air mata membasahi pipi mereka. Kakak tersebut hanya bisa diam, diam seribu kata.
            Sesampainya di rumah Mayrah, Husna langsung berlari ke kamar tidur Mayrah dan mengambil sepucuk surat dan memberikannya kepada kak Ravi. “ Kak, ini ada titipan dari Mayrah, Husna harap kakak membacanya.

Flashback….
            Siang itu Husna sendirian datang ke rumah sakit, Husna sedang ada urusan ketepatan tempat ia ketemuan tidak jauh dari rumah sakit, dan ia pun singgah di rumah sakit. Diam diam Husna memasuki ruang inap Mayrah, Husna tidak menyangka kalau Mayrah sedang menangis, dan ia terkejut melihat matanya sembab. Tiba- tiba Mayrah terbatuk dan disitu Mayrah mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. “Ya ampun Mayrah, kenapa bisa jadi begini, bentar ya sayang, biar Husna ambilkan air hangat”ucap Husna. Namun belum lagi selangkah, tiba- tiba tangan Husna ditarik oleh Mayrah, “Husna, Mayrah sayang banget sama Husna, sama yang lain juga, Mayrah bangga punya teman seperti kalian, hari- hari selalu kita jalani bersama, suka duka tawa canda kita lalui bersama, kalau Mayrah punya salah maafkan Mayrah ya sayang, Mayrah ingin tetap bersama kalian, Mayrah ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, Mayrah takut kita tidak akan pernah ketemu di sana, jaga kesehatan kalian ya, Mayrah sayang banget sama kalian”ucap Mayrah. Husna menggelengkan kepalanya dan menitikkan air matanya, mayrah gak boleh bicara begitu, kita juga sayang kok sama Mayrah, makanya Mayrah lekas sembuh ya, biar kita bermain bersama lagi, tertawa bersama dan shopping bersama,jawab Husna. Mayrah hanya menyunggingkan bibir mungilnya. Husna tidak tahan mendengar perkataaan Mayrah. Dia hanya tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan Mayrah.
            Ketika Husna menyulangkan nasi, Mayrah mengambil sesuatu dari bawah bantalnya, dan memberikan nya kepada Husna. “ Ini apa? tanya Husna. Nanti kalau mayrah udah pergi, tolong berikan surat ini ya kepada kak Ravi ya, itupun kalau Husna bisa berjumpa dengannya. Husna hanya bisa terdiam dan mencoba menahan tangisannya. “ Ia sayang, akan husna berikan kalau husna jumpa kakak itu ya,sekarang makan dulu ya sayang”jawab husna.  
            Mayrah, husna pulang dulu ya, karena husna udah janji mau mengantarkan Umi ke rumah nenek, kamu istirahat yang cukup ya, biar kita bisa main bareng lagi. Mayrah hanya tersenyum dan melambaikan tangganya ketika husna mencoba menutup rapat kamar inapnya.
#Flashback end
            Malam itu kak Arif pun membaca surat yang diberikan oleh Husna, dan surat itu adalah titipan dari Almarhumah Mayrah.
To                   : Ravi Wibowo
From               : Kartika AlMayrah
Bismillahhirrahmanirrahim….
Assalamu’alaikum Wr Wb …
            Hai kak, apa kabar? Mayrah harap kakak selalu dalam lindungan Allah. Selamat ya kak sekarang udah menjadi Sarjana Pertanian, semoga ilmu yang kakak dapat bermanfaat untuk orang- orang disekitar kakak J. Mungkin kakak membaca surat ini, Mayrah sudah pergi ke tempat yang indah, semoga kita bertemu di sana kelak ya kak. Hmm.. Pertama- tama Mayrah meminta maaf kepada kakak karena Mayrah selalu mengerjai kakak, selalu menyamar jadi orang lain ketika menghubungi kakak, itu Mayrah lakukan karena Mayrah tidak bisa berbicara langsung dengan kakak, lidah mayrah keluh, dan detak jantung Mayrah tidak beraturan ketika mendengar suara kakak, itu termasuk ketika Mayrah mengungkapkan perasaan Mayrah ke kakak, itu bukan Mayrah tapi kakak kos Mayrah. Kedua Mayrah meminta maaf kepada kakak karena Mayrah telah lancang mengungkapkan perasaan Mayrah dan itu menjadi pengganggu pikiran kakak. Ketiga Mayrah meminta maaf karena Mayrah mem post Nomor Induk Mahasiswa kakak, itu Mayrah dapat dari Google J #peace. Kak…terima kasih telah memberikan izin untuk mencintai kakak,terima kasih kakak telah meluangkan waktu kakak untuk membalas SMS Mayrah, terima kasih atas like status Mayrah di facebook, itu sudah cukup buat hati Mayrah bahagia. Kak… Mayrah selalu berharap suatu saat kakak kelak menjadi imam mayrah dan mayrah di belakang sebagai makmum. Dalam salat malam mayrah selalu berdo’a dan terkadang menuntut kepada Allah agar kita berjodoh. Mungkin ini gila kak, tapi memang inilah yang Mayrah rasakan, selama beberapa tahun ini Mayrah sudah mecoba melupakan eh bukan tetapi mengikhlaskan kalau kakak bukan jodoh Mayrah kelak, namun Mayrah tetap gak bisa. Kak.. kakak pernah bertanya, kenapa Mayrah suka sama kakak, padahal kita tidak pernah bertemu, kita tidak pernah berbicara langsung., jujur kak Mayrah cinta kakak karena Allah, Mayrah gak taw kenapa mayrah begitu yakin apabila kakak menjadi Imam Mayrah, kakak dapat membimbing Mayrah ke surgaNya. Terkadang Mayrah berpikir egois, biarlah Mayrah hidup susah dengan kakak asal Mayrah bisa selalu di samping kakak, hidup di satu atap dengan kakak sudah merupakan kesempurnaan buat Mayrah. Kak.. ingat gak waktu teman-teman Mayrah menelepon kakak, meminta kakak datang ke Rumah Sakit, saat itu Mayrah ingin sekali melihat wajah kakak, menyentuh sekali wajah kakak untuk yang terakhir kali nya dan melihat kakak sebelum Mayrah menghembuskan nafas terakhir Mayrah. Namun Mayrah tidak boleh egois karena pada saat itu kakak juga lagi ada kepentingan yang lain. Mayrah masih ingat status facebook kakak yang menyebutkan bahwa “ Musuh, teman, lawan juga termasuk jodoh, jangan maknai sempit jodoh itu”, berarti kita berjodoh donk kak, kita kan berteman. Oh ya kak, Mayrah hampir lupa, terima kasih ya kak, karena kakak juga Mayrah sedikit merubah kepribadian Mayrah. Kak.. Walaupun kita gak berjodoh di dunia, mayrah berharap kita berjodoh di akhirat. Selamat tinggal kak, jaga kesehatan ya kak, jangan terlalu malam tidur, selalu semangat untuk backpacker nya ya. I Love You karena Allah. Boleh ya mayrah menyanyi sedikit buat kakak, namun kalau suaranya jelek jangan dicaci ya, cukup tutup telinga aja.
“ Bukan harta bukan rupa bukan pula kehebatan, iman dan takwa mu sayang, mencintamu Aku tenang, ku ingin menjadi ombi dalam lembaran hidup mu, kujadikan engkau imam ombing aku jalan kebenaran. Cintai Aku karena Allah, Sayangi Aku karena Allah, Kasihi Aku karena Allah, miliki Aku karena Allah.”
Maaf ya kak kalau suaranya sumbang. Makasih kak untuk waktunya. Semoga kita bertemu di kehidupan yang lebih indah ya kak.                                                                                                  
-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave a comment or suggest...