Kamis, 26 Januari 2012

Scandal Dirimu dengan Teman dekat ku


#Hari Pertama

Sang surya memancarkan sinarnya ke penjuru dunia, burung- burung yang berkicau menambah keramaian di pagi itu. Pagi ini dan hari ini adalah hari pertama gue masuk ke Sekolah Menengah Atas, gue berjalan santai dengan membawa sederetan pernak- pernik dileher. Hari pertama sekolah merupakan hari kemerdekaan bagi kakak- kakak kelas, paradigmanya mereka bisa melakukan hal- hal yang mereka inginkan dan itu semua sesuatu yang tidak adil menurut gue. Bel berbunyi
“ Kring…kring*
Semua murid baru masuk ke ruang kelas yang telah ditentukan. Setiap siswa duduk di mana saja yang mereka inginkan, dan gue memilih duduk di depan, sudah dapat gue pastikan kalau  gue duduk di belakang pasti akan terjadi tidurisasi*tidur*. Lima menit kemudian guru masuk ke dalam kelas, dia memperkenalkan namanya, nama suaminya, anaknya, dan orang tuanya. Beberapa menit berbicara dan menjelaskan mengenai profile sekolah kami, dia meninggalkan kelas. Selisih waktu, kakak kelas datang ke kelas, ini artinya bahwa penyiksaan akan di mulai. Mereka bertiga. Sekejap mereka mengenal kan diri mereka masing- masing, dan itu gak gue perdulikan. Setelah mereka mengenal diri mereka masing- masing, selanjutnya kami mengenal kan diri kami*gini kan adil*. Dan loe tau apa yang mereka lakukan, mereka menyuruh gue menari di depan kelas, dalam hati gue mengendus, tidak cukup hanya menari mereka memberikan pasangan dansa, rasanya gue ingin lari tapi itu gak mungkin gue lakukan. Gue dipasangkan dengan orang yang gak gue kenal. Syukurnya bukan hanya gue tapi ada satu pasangan yang lain yang dijadikan korban untuk menari di depan kelas. Gue mencoba untuk rileks, apabila gue membantah perintah mereka, mungkin mereka akan melakukan tindakan yang lebih gila lagi.  Atas intruksi mereka, gue menari ala inul daratista*goyang ngebor*, gue mencoba untuk PD, mereka tertawa kecil, gue melirik mereka dan berkata dalam hati “ Puas loe sekarang”. Setelah melakukan gerakan yang menjijikkan itu, mereka meng intruksi kami untuk keluar kelas. Di bawah terik matahari, mereka menyuruh kami untuk membuat surat cinta yang ditujukan kepada kakak kelas yang lain. Gue bersyukur karena tugas yang di berikan senior gue gak separah senior tetangga kelas gue, mereka disuruh berlari keliling sekolah dengan sederetan pernak- pernik yang tergantung di leher, gue memang membawa pernak- pernik itu untuk jaga- jaga, syukurnya gue gak di suruh untuk melakukan hal bodoh seperti kelas sebelah lakukan. “ Heh, Loe!!! Siapa nama Loe?Gue tersentak” eh… eh Rama kak” jawab gue. Oh whatever lah, udah siap surat cinta loe?“Udah kak” jawab gue. Nah, tu surat kan dah loe buat, sekarang loe kasih tu surat ke kakak kelas yang namanya Ravi. Apa kak? Pura- pura gak denger. Loe kasih tu surat sama kak ravi*lebih keras*.“Woi!! Pelan dikit donk, gue gak budeg kali” sentak gue
“ Eh ni anak berani nyentak gue”, udah cepetan, loe antar tu ke ravi..
“ Emangnya, yang namanya ravi yang mana orangnya,kak? Tanya gue polos.
Ya itu tugas loe.. Huftt….. gue mencari-cari yang namanya ravi…
Untuk mempersingkat waktu, gue bertanya kepada kakak kelas yang lain, “ Hmm, kak numpang nanya, yang namanya kak ravi yang mana ya orangnya?.
“ Oh, Ravi. Itu dia” sambil menunjuk laki- laki yang duduk di bawah pohon. Makasih ya kak.. tapi gue heran kenapa ni kakak nyengir- nyengir, ah! Gue gak perduli…
Gue berjalan menuju ke tempat yang dimaksud, dan gue bertanya” Ni kak Ravi ya? Dia ngelihatin gue dan berkata” Bukan, gue bukan ravi, gue bowo”. Gue melihat ke belakang dan kakak yang ngasih taw gue tadi ketawa- ketawa… Sial!!! Gue dikerjain lagi.. “ oh, makasih ya kak bowo. Gue masang muka kasihan” Kak, kasih taw dunk yang namanya kak ravi?”.
Oh kamu nyari yang namanya Ravi, kata kak bowo, He uhm kak, kalo boleh taw yang mana ya orangnya?
“ Itu dia, sambil menunjuk seseorang yang sedang berkumpul dengan teman- temannya”. Tapi kakak gak sedang membohongi aku kan? Tanya gue, Kak bowo tertawa kecil, gak… kakak gak sedang membohongi kamu kok.
Mukuci’ ea kakak*sambil nyubit pipinya*, dah mau nolongin aku*menundukkan badan*. Gue lihat ke belakang dan menjulurkan lidah ke kakak yang pertama gue tanya tadi
.
Gue menuju ke arah yang telah diberikan dan gue bertanya” Kakak yang namanya kak Ravi ya?He uhm, siapa ya?Tanya kak ravi, Eh… gue Cuma mau berikan ini kak,sambil menyodorkan secarik kertas.Apaan ni? Tanya dia. Surat Cinta. Sebelum dia bertanya lebih banyak, gue lari…
Eh!!! Nama loe siapa? Teriak kak ravi
Gue gak jawab dan terus berlari..
Keesokan harinya,gue hampir terlambat datang ke sekolah, untungnya pas gue masuk gerbang, tu pintu gerbang setengah terbuka, dengan nafas ngos- ngosan gue masuk gerbang, dan ternyata yang jaga tu gerbang kak Ravi, hadeh!! Mampus gue…  “ Eh loe, topi kerucut loe mana? Tanya kak ravi. “ Hmm.. anu… anu kak..” Anu apaan? Sambil menaikkan alis kanan ke atas dan mengerutkan dahinya, “ Hmm… tinggal di kelas kak, udah ya kak gue buru- buru ni”, gue lari“ Eh, loe belum kasih taw nama loe”.. Ckckckck geleng- geleng kepala. Dasar tu bocah…

# Hari Kedua
Gue masuk ke kelas, dan gue bersyukur belum ada penjajah yang masuk alias kakak kelas, gue istirahat sebentar, dan gue gak nyadar di samping gue ada orang yang gue gak taw siapa namanya. Dia melihat gue yang ngos- ngosan, dan dia menyodorkan tangannya
” Hai… Nama kamu siapa”,
gue nyambar tangannya” Gue Rama, loe?  Gue Marta… Oh!!! Senang berkenalan dengan loe” kata marta. Sama- sama..
Beberapa menit kemudian penjajah masuk ke dalam kelas, gue merapikan duduk gue. Gue melihat kak Ravi yang masuk ke kelas gue. Aduh!!! Mampus gue, kenapa harus dia sih, gue malu gara- gara surat kemarin. Mereka memperkenalkan diri mereka. Setelah mereka memperkenal kan diri mereka kak ravi ngelihat gue..Aduh!!, mampus gue, kenapa juga dia harus lihat ke arah gue”. Dia senyum dan sepertinya mencoba mengingat sesuatu, dan gue gak nyangka dia bilang
“ Eh, surat kamu lumayan juga, makasih ya?” kata kak Ravi
 Seluruh mata di kelas melihat gue” Mampus deh gue”. Tiba- tiba marta nanya ke gue” Eh Ra, mang surat apaan? “ Eh itu, surat cinta yang kemarin itu, gue disuruh ngasih tu surat ma kak ravi” jawab gue. Ooooooo
#Hari ketiga
Di hari ketiga gue dah biasa menjalani aktivitas gue, dan gue juga tidak harus takut dengan penjajah yang ada di sekolah. Sepertinya, mereka hari ini tidak beroperasi karena gue gak  ngelihat muka- muka sangar mereka. “Ya syukur deh” dalam hati gue. Gue duduk diam sambil ngotak- ngatik hp. Tapi gue ngerasa ada yang aneh, cowok yang berjoged dengan gue yang lalu ngelihatin gue. “ Eh loe kenape, ngeliatin gue kayak gitu” Tanya gue“ Eh… hmm gak apa-apa kok” jawabnya belepotan.  Dia datang ke tempat duduk gue. Nama gue hadi*sambil nyodorkan tangan*. Gue ngeliatin dia” Gue rama” jawab gue singkat, hmmm, gue boleh gak minta no loe? Kata hadi“ Hah!!! Sedikit kaget. Iya gue minta no loe boleh gak? Tanya dia sekali lagi
Ow, gue menyebutkan no gue 085297xxxxxx, gue takut ntar kalo gue gak ngasih no, kirain gue orangnya sombong, gue gak mau di cap sebagai cewek sombong, gue kan orangnya baik hati, ramah, suka menabung, berbakti kepada orang tua Negara dan juga Agama. Hehehe, dia gak taw kalo gue mau promosi juga. Makasih ya. Sama- sama” jawab gue”
Sebulan, dua bulan gue sudah mulai akrab dengan lingkungan gue. Seperti biasa kalo udah SMA pasti ada anggapan sudah bisa punya cowok. Dan gue PDKT dengan hadi, dan akhirnya kita jadian. Menurut gue dia anaknya baik, dia selalu nungguin di depan kelas, di kala gue belum keluar. Pernah suatu hari sabtu gue kebetulan piket dan harus membersihkan kelas dan mengepelnya, gue malas banget ngelakuin ni kerjaan, tapi kalau gak dikerjakan wali kelas pasti menghukum gue dan membayar denda, daripada gue kena hukum dan bayar uang denda, ada baiknya gue berkorban sedikit tenaga. Karena si hadi masih nunggu di luar, gue suruh dia pulang duluan, karena gue harus piket dulu. Si hadi bukannya pulang, malah dia ngambil ember yang di tangan gue dan menaruh tasnya di atas meja. “ Eh bego, loe mau ngapain, udah loe pulang aja” kata gue,Hadi mengambil ember yang di tangan gue“ Sini, gue yang ngambil air”. Eh gak usah, gue bisa ngambil sendiri, “ Udah sini, biar cepat siap Ra” terserah loe deh. Gue lihat dia dari sisi kanan, kiri, atas, bawah dan gue minta dia berpose seperti artis dan wajah tanpa dosa gue bilang “Eh tapi loe cocok juga ya jadi pembantu” kata gue“ Praaaak(nimpruk pake ember), enak aja loe ngatain gue cocok jadi pembantu”, Gue kan cuma bercanda*manyun*
Beberapa bulan kami menjalani hubungan, gue ngerasa ada yang aneh dengan sikap hadi, dia jarang nge sms gue. Namun gue selalu berpikir positif, mungkin dia lagi gak ada pulsa. Terakhir kita ketemu dia bilang ke gue kalau dia tu pernah ngelihat gue jalan sama cowok lain, gue mikir rasanya gue gak pernah jalan sama cowok lain, dan tanpa alasan yang kuat di nge gantungin gue. Gue gak mau ambil pusing dan bersikap cuek, gue lihat dia terakhir tu, hadi jalan sama kakak kelas. Oh berarti ini jawaban atas keanehan yang terjadi, dia nuduh gue jalan sama cowok lain, tapi yang terlihat sekarang dia yang jalan ma cewek lain, kakak kelas lagi, dasar brondong. Tapi untungnya gue gak kayak cewek lain, yang taw cowoknya selingkuh dan menangis seharian karena putus. Bagi gue tu gak penting, sayang air mata gue habis hanya untuk cowok buaya darat.
Setelah gue putus dengan hadi, gue menjalani hari- hari dengan teman- teman gue. Kita tiga sekawan Gue, Nisa, dan Desri. Gue sayang sama mereka, selalu ngerjain tugas bareng dan saling melengkapi satu sama lain. Berjalannya waktu gue menaruh hati kepada kak Ravi. Gue suka mungkin cinta sama dia. Gue selalu curhat dengan teman- teman gue, namun gue sering curhat dengan Nisa. “ Sa, gue lagi suka ma seseorang loh”, inisialnya dari R, gue gak taw kenapa gue suka ma dia. Kelas berapa Ra? Loe dah dapat no nya?tanya Nisa,“  Kelas XII IA 1 sa, oh ya, gue kok gak kepikiran ya nyari no dia. Untuk mencari no kak Ravi gue udah kayak detektif, gue nanya ke teman- temannya yang gue kenal, dan untungnya teman satu kelas gue taw kalo gue tu suka banget sama kak Ravi, and dia nanya ke gue.
“Ra, loe mau tau no nya kak Ravi” Tanya Eva
“ He uhm, loe ada gak no nya”
“ Gue sih gak ada, tapi gue punya kakak sepupu, and kakak sepupu gue tu teman sekelasnya kak ravi, tunggu y gue tanya dulu, eva ngetik sms” kak ada no nya kak Ravi”, semenit kemudian kakanya eva nge balas sms nya… “ Ni no nya 085261xxxxxx”
Gue nyatat di kontak hp gue dan gak lupa gue bilang makasih ma eva
Thanks ya va
Nah, ketika no nya kak Ravi gue dapatkan, gue keluar kelas dan melihat kak Ravi duduk di bawah DPR(di Bawah Pohon Rindang) bersama teman- temannya. Gue coba untuk memastikan bahwa no yang diberikan kakak sepupunya eva adalah no kak Ravi, gue Miscalled, dan ternyata memang benar itu no nya kak Ravi, karena ketika gue Miscall, kak Ravi mengambil hp nya dari  saku celananya. Malam harinya sekitar pukul 22.00 gue miscalled no kak Ravi, mungkin gue Miscalled ada sampai 11 kali, dan ketika gue mau miscall lagi, dia nge sms “ Eh, loe baru punya hape ya dari tadi miscall melulu, loe gak taw kalo ini dah malam, gue butuh istirahat”, gue hanya tersenyum simpul melihat tingkah gue yang aneh.
Esok harinya gue cerita ke Nisa kalo gue dah dapat no ny kak Ravi. “ Sa, gue dah dapat no nya kak Ravi loe?”. Kata gue “ Bagus dong, dah loe hubungi” jawab Nisa datar “ Udah!! Tadi malam gue miscall sampe 11 kali, hampir 12 kali lah, tapi dia marah dia bilang gue baru punya hape, habis miscall dia melulu”  Hahahaha, ya iyalah dia bilang gitu ke loe, loe kayak orang kesurupan gitu sih miscall dia” jawab nisa “ Yee.. loe kok gitu sih ngomongnya, nimpruk pake buku”. Aw!!, sakit taw” jerit Nisa..
Berjalannya waktu, semakin lama gue semakin suka sama kak Ravi, rasa ingin tahu gue tentang dia, pernah sekali, hanya untuk mendapat tanggal ultahnya kak Ravi gue sampai nangis- nangis minta ke teman sekelasnya kak ravi waktu kelas 1, gue kayak orang gila nangis sejadi- jadinya sama tetangga gue yang dulu teman sekelasnya. Gue gak taw, kenapa gue segitu gilanya ingin tahu tentang dia. Karena gue gak sanggup nyimpan perasaan gue dengan kak Ravi,gue curhat dengan teman gue Nisa, loe taw apa yang dibilang Nisa ke gue
” Ya Allah Ra, tiap hari loe cerita tentang kak Ravi, gue muak taw gak!” kata Nisa. Sa, loe jangan gitu dunk, gue harus cerita sama siapa lagi, kalo gak sama loe? Jawab gue,yaudah, loe mau cerita apa”?..
Gue ceritakan semua perasaan gue ke kak Ravi, gue ceritakan gue mau nembak dia duluan, gue cinta ma kak ravi, gue cerita panjang kali lebar. Namun Nisa hanya diam dan tidak memperdulikan omongan gue
“ Sa! Loe dengerin gue gak sih?”
“ Iya, gue dengerin kok” jawab Nisa datar.
Tidak terasa ujian semester sebentar lagi, gue fokus belajar untuk mendapatkan hasil yang bagus, kelang beberapa minggu ujian pun selesai dan itu gue lakukan dengan lancar. Papa gue bilang ke gue kalo gue kelas 2 akan pindah sekolah ke kota lain. Selama ini gue tinggal dengan kakek dan nenek gue. Pada penerimaan rapot papa gue datang ke sekolah dan berbicara kepada ke wali kelas gue. Papa mengurus semua surat pindah gue. Gue sedih meninggalkan sekolah ini. Gue sempat nangis, dan gue berpamitan dengan teman- teman gue. Gue mau pamitan sama hadi, tapi gue urungkan lagi, buat apa gue pamitan dengannya. Tapi gue sedih karena tidak akan bertemu dengan kak Ravi. Sudahlah, mungkin di sekolah yang baru gue menemukan seseorang seperti kak Ravi atau mungkin lebih dari kak Ravi.
# Kuliah
Gue senang akhirnya gue dapat melanjutkan studi gue ke jenjang yang lebih tinggi. Namun satu yang belum hilang dari hati dan pikiran gue. Dia adalah Kak Ravi. Gue rasa gue dah gila kali ya, lebih dari dua tahun gue jauh dari dia, tetap aja kepikiran tentang dia. Gue nge hubungi semua teman- teman gue waktu SMA, dan untungnya no teman gue, Andika, masih aktif. Gue mencoba untuk mencari info tentang sekolah setelah gue meninggalkan sekolah. Andika juga taw kalo dulu gue suka sama kak Ravi, Andika bilang ke gue begini
“ Ra, loe jangan sedih ya?? Loh, mang kenapa Dik? Jwb gue penasaran .Loe taw gak Ra, Nisa sama kak Ravi jadian loh“ Gue langsung hening, rasanya nyesek banget di dada, kayak tersambar petir di siang hari taw gak sih, gue gak sanggup lagi bicara, air mata gue pun tidak terasa membasahi pipi.
“ Ra..Ra..Ra, Dika memanggil gue dari seberang telepon, Ra loe gak apa2 kan Ra?
Gue masih diam, rasanya gak percaya, teman tempat gue curhat tentang kak Ravi ternyata jadian sama kak Ravi, rasanya mau mati taw gak sih “ Ra.. Ra.. Hallo… Hallo” teriak Dika“ Ya.. Halo Dik, jawab gue tersengal sambil nangis “ Ra, sorry ya gara2 gue loe jadi kayak gini”
Gak apa2 kok Dik, makasih ya atas informasinya, mungkin kalo loe gak kasih taw gue masih berpikir kalo Nisa itu teman curhat gue yang budiman. “ Sekali lagi maaf ya Ra” kata Dika
Pernah suatu hari gue mikirin kak Ravi melulu dan nangis seharian, akhirmya gue mau berterus terang dengan kak Ravi kalo gue cinta ma dia, gue search account facebook dia, dengan ID nama lengkap dia, dan gue menemukan Facebook nya, gue nulis di inbox.
To: Ravi
From : Rama
Assalamualaikum…
Hai apa kabar kak? Gimana kuliahya?
Rama mau minta maaf sebelumnya, Rama mau berterus terang kalau Rama suka bahkan cinta sama kakak sejak kelas 1 SMA, tapi Rama takut untuk menyatakannya, sekarang Rama berani bilang karena Rama dah gak sanggup nyimpan perasaan ini, nyesek banget kak. Maafi Rama lantang kak.
5 menit kemudian
To: Rama
From: Ravi
Wa’alaikum Salam wr.wb
Alhamdulillah Baik, Kuliahnya juga lancar.
Terima Kasih Rama dah suka sama kakak, sekarang Rama maunya apa?
Gue balas
To : Ravi
From: Rama
Rama hanya ingin kakak itu ngehargai perasaan Rama, Rama taw Rama gak mungkin miliki kakak, tapi please hargai perasaan Rama, jangan selalu dicuekin. Sakit banget loh kak, kakak cuekin, hanya itu kak gak lebih. Rama harap kakak dapat mengerti.  Habis itu dia gkak balas inbox gue..
Sekarang gue paham akan artinya Cinta tak Selamanya Memiliki, gue mencoba menganggap kak Ravi adalah kakak kelas gue, bukan seseorang yang ingin gue jadikan pacar, dan apabila akhirnya kak Ravi jadian sama Nisa, mungkin itu sudah di atur oleh Tuhan. Tiap hari gue berdo’a agar gue bisa melupakan kak Ravi, tapi ternyata gak bisa. Gue ikhlas. Gue hanya bisa berharap suatu saat gue bisa ngedapetin cowok seperti kak Ravi atau mungkin lebih. Do’ain gue ya teman- teman. Sekarang kak Ravi kuliah di IPB(Bogor) dan Nisa kuliah di STIKES(Medan). Semoga gue bisa bertemu kalian berdua lagi.

Dream High Amatiran


Sebenarnya ni cerpen gue tulis di sela- sela gue ngerjain tugas, tapi berhubung gue lagi muak dengan tugas-tugas gue, ada baiknya gue menari- narikan tangan gue di atas keyboard yang saat ini gue lakukan.  Gue gak ada bakat dalam membuat sebuah karya cerpen, tapi dalam minggu ini gue termotivasi dari seorang komedian*gak begitu terkenal sih*, tapi dia tu menurut gue orang yang teliti dengan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Sekarang dia seorang penulis terkenal, novel- novel karangan dia juga sudah banyak, kalo loe taw “Kambing Jantan” yang telah sukses difilmkan, itu adalah salah satu novel karya dia, kalo loe masih gak taw siapa dia, siap- siap gue sedang bawa beton ni.

Gue juga ngetik ni cerpen bukan kemauan gue, didalam pembuatan cerpen ni ada unsur paksa’an dari teman gila gue*semoga dia ikhlas gue bilang gila*, tapi memang bener kok, kami sekelompok geng gila, gila ketawa karena selalu mempraktikan penulis kesayangan gue Raditya Dika, gue terima kasih banget dengan beliau karena melihat karya dia gue ingin menjadi seperti dia. Mas Raditya bisa gak gue pinjam otak loe sebentar? Gue dan teman gila gue harus menulis cerpen minimal sebulan satu cerpen, dan niat itu kami lakukan karena kami ingin suatu saat kami bisa menjadi seperti penulis kesayangan kami.

Untuk cerita pemula gue akan menuangkan cerita tentang kehidupan keseharian gue dengan teman- teman gue. Kami tiga bersahabat*sebenarnya empat* tapi yang satunya jarang aktif dalam aksi gila kami, sebelum gue menceritakan sepanjang sungai amazon, ada baiknya gue menerangkan background gue, nama gue Kartika Ramayani Rajagukguk(marganya harus dipakai kalo gak bisa dimarahi saudara persusuan), gue menulis cerpen ini disaat gue semester 3 di salah satu Institut yang berada di Sumatera Utara yang menurut gue gak begitu terkenal*pak rektor, maafin gue*, dan gue tinggal disalah satu asrama yang tidak jauh dari kampus gue, nama asrama gue tu Al- Fata Dormitory(Pak, asrama kita eksis). Kayaknya itu saja dah cukup ya sebagai penulis pemula.

Mungkin sebagian dari readers berpikir, ni penulis narsis amat ya, gayanya dah kayak penulis beneran. Tenang, gue gak bakalan marahi loe, bahkan gue taw apa yang ada di dalam otak loe.
Gila! ini tulisan hancur banget”, ya kan?
 Tapi gue bahagia kalo loe mencaci tulisan gue, dengan kritikan loe, gue bisa mencoba menulis yang lebih baik lagi, ada pepatah yang mengatakan “ Orang bijak adalah orang yang belajar dari kesalahannya sendiri, tetapi orang yang paling bijak adalah orang yang belajar dari kesalahan orang lain”, menurut loe gimana? Sungguh luar biasa bukan. Iya mungkin dengan kritikan loe gue bisa termotivasi untuk membuat cerpen yang lebih baik. Loe pasti mikir, ni penulis gila atau apa sih dari tadi cerita melulu, tapi cerpennya gak ada, jangan- jangan ni penulis manusia yang bego ya?
 Penulis”Mungkin”!!!
*gubraak*.

Okokok, sebelum gue lanjut ke inti cerita pendek, gue mau memberikan sedikit pepatah” Jika loe gak bisa melakukan hal yang besar, lakukanlah hal yang kecil dengan cara yang besar”, ini suer gue ngutip dari coment dari teman gue yang sama gilanya dengan gue, seperti ini coment dia” Jika loe gak punya masalah yang besar, maka carilah masalah yang kecil dan besar- besarkan”, sekarang loe mikir, siapa yang paling bego??? SELAMAT BERPIKIR……..
















#Sekumpulan Cewek Freek

            Dream High!!! Jangan bilang sekarang yang ada di dalam otak loe” Dream High itu sejenis makanan apa ya, atau Dream High tu sejenis Binatang apa ya?”. Gue tau kok loe tu gak bego- bego amat, buktinya nilai Bahasa Inggris loe di atas di bawah 6*parah banget*, Syukurnya diantara loe taw Dream High tu apa? Jadi gue gak stres- stres amat. Dream High itu mempunyai arti Mimpi yang tinggi, mempunyai impian yang tinggi, pokoknya gitu lah, pahamkan maksud gue*ternyata beda tipis begonya*, Dream High juga diambil dari judul Drama Korea yang diperankan beberapa artis- artis korea yang sekarang ini lagi demam- demam korea, dengan istilah *Korea Wanna Be*, cerita gue ini ada berkaitannya dengan dua hal di atas yaitu mempunyai impian yang tinggi dan nama- nama dalam cerita ini diambil dari nama aktris- aktris yang ada di Drama Korea tersebut. Untuk info lebih lanjut berikut rinciannya*seperti layanan Telkomsel*:

Nurul Hilmah as Goo Hye Mi
Kartika as Kim Pilsuk
Rhaudatus as Yoon Baek Hee

Inilah teman- teman gila yang gue bilang tadi, bukan berarti kami gila jalan dipinggir jalan dengan membawa pakaian segumpal dan garuk- garuk kepala, bukan!!! Bukan itu!!! Tapi juga bukan ini! Jadi yang mana bego!!! Forget it. Suatu siang*sinetron banget*, kami bertiga duduk di bawah DPR bukan Dewan Perwakilan Rakyat dan bukan Dua Puluh Ribu, di sini DPR yang dimaksud adalah Di Bawah Pohon Rindang. Kami berbincang- bincang.
Eh!!! “Mata kuliah hari ini kan dah selesai, gimana kalo kita ke Gramedia”, kata pilsuk. Aduh pilsuk bukan nya gue gak mau, tapi uang gue lagi menipis, kan loe taw ni bulan tua” jawab Hye Mi, beasiswa dari kampung gue juga belum datang pilsuk” sambut Baek Hee, hmmmmm( pilsuk paham kondisi).
Aha!!! Gimana kalo gak kita ke Merdeka Walk(suatu tempat menjual buku- buku bekas), ya jalan- jalan aja daripada di kampus, boring, mau lihat cowok juga gak ada yang ganteng. Hmmm, kalo itu masih bisa gue pertimbangkan, hye mi sambil membuka tas melihat kondisi keuangan, Ok!!! Uang gue cukup kalo untuk pergi kesana, gimana dengan loe baek hee? Gue barusan dah bongkar- bongkar tas gue, dan alhamdulillah uang gue juga cukup,akhirnya kami bertiga sujud syukur di kantor Biro. Waktu berjalan 35 menit dan sampai di Merdeka Walk, dan ini yang paling gue gak suka, hye mi dan baek hee bener- bener bego dalam urusan menyebrang jalan, “ Pilsuk aku takut”, kata hye mi.. Aku juga, sambung baek hee. Memang kalian berdua ni ya, nyebrang aja gak bisa, gimana kalian mau nolongin nenek2 yang minta pertolongan kalian, dan ternyata kalian juga tidak bisa. Ok!! Ikut aku, kata pilsuk. Akhirnya pilsuk menggandeng teman- teman nya, hye mi di samping kiri dan baek hee di samping kanan. dan loe taw apa yang mereka lakukan setelah menyebrang, mereka berteriak” berhasil- berhasil, Hore!!!”, sumpah gue pingin ngecet muka, biar mereka tidak kenal gue, yang harus menerima nasib bahwa teman- teman gue adala freek. Tentu orang- orang disekitar kami melihat kami dengan gaya alay*kebayang gak sih*, dan beruntungnya kami gak punya malu*bukan gak punya kemaluan, bego!”, kami menanggapinya dengan gaya dan muka tanpa dosa*asyek*.. Sialnya ketika kami ingin bermain di taman, rezeki Tuhan turun dari langit dan membasahi bumi yang penuh dengan tanda tanya ini. Tadinya, yang jalan kami seperti anak yang baru disunat, sekarang berubah menjadi anak yang sedang ingin menggiring bola ke dalam gawang, dan akhirnya’ Gollllllllllll!!!”. Untung saja ketika hujan turun, kami berada di depan warung, dan kami memutuskan untuk berteduh dan duduk di warung tersebut. Melihat makanan yang ada di warung itu, kami berselera dan ingin membelinya, dan waktu itu, sudah masuk waktu makan siang. Gue gak nyangka di warung itu kita bisa mengambil lauk dan pauk sesuka hati kita, Gue dan Baek Hee memilih ayam, sedangkan Hye Mi memilih telur. Kita makan dengan lahap, gue dan hye mi tau kalo baek hee tu kalo makan sering gak habis, otak kami berdua berputar dan siap- siap merampas makanan baek hee dengan bringas,dan pada waktu yang bersamaan tangan gue dan hye mi sudah berada dalam piring baek hee dan menuju pada suatu objek, loe pasti taw, yupzz itu ayam. Baek hee geleng- geleng melihat tingkah gue dan hye yang kayak anak- anak, berebut ayam dan tidak punya malu, pada saat bersamaan ada cowok yang lagi beli nasi dan melihat gue dan hye mi, biasanya gue kalo ada cowok keren dan ganteng, pasti gue selalu keep image, tapi kali ini gue gak tergoda man, di depan gue ada ayam man, gara- gara loe gak dapat ayam, I am sorry Good Bye deh* mbak KD pinjam ya*.




Kita masih berada di warung karena masih hujan, dan kita suntuk gak ada kegiatan yang dilakukan, akhirnya kita memutuskan untuk berfoto- foto ria di dalam warung, gue taw pada waktu itu ibu yang punya warung kesel dan ketawa ngelihat kami, kesel karena dari tadi muka- muka kami aja yang dilihat, dan ibu itu tertawa melihat tingkah laku kami yang lucu, sumpah padahal kami gak ada buat yang aneh- aneh, padahal cuma foto- foto, dan menurut dia itu aneh*gue gak taw,dari sisi mana yang aneh*, barangkali bukan kami yang aneh, melainkan ibu itu yang aneh. Waktu itu jam menunjukkan 14.45, saat itu juga kita belum pada shalat sebelum Ashar, gue sih gak apa2 kali ya kalo gak sholat, karena masih hujan dan Allah pun mungkin maklum*durhaka banget ya gue jadi hamba*, namun teman gue Yoon Baek Hee itu taat banget, apalagi shalat termasuk wajib dilakukan, bukannya gue gak mau shalat, masalahnya Mushola dengan warung tempat kita makan itu cukup jauh, emang sih gak sampe 5 km, tapi walaupun 10m tapi hujannya deras pasti basah juga kan, bukan gue sok manja karena gue gak  bisa terkena hujan, tapi pada saat itu bersin gue belum sembuh, takutnya ntar tambah parah. Tapi gue yakin kepada Allah, dan akhirmya kita menuju Musholla dengan berlari. Sesampai di Musholla kami meletakkan tas kami, dan satu- persatu diantara kami mengambil air wudhu’, setelah kami melaksanakan tugas kami, ketepatan pada saat itu teman gue Hye Mi membawa Note Booknya, dan dia membuka filr- filenya, dan disitu juga gue lihat StandUp nya Raditya Dika, sumpah gue ngakak setengah mati, gue gak perduli gue berada dimana yang penting gue ngakak sepuasnya. Sebenarnya kita mau ke Palladium Plaza untuk membaca buku di Gramedianya,namun karena sebentar lagi masuk waktu Ashar, akhirnya kita memutuskan pergi kesana setelah shalat Ashar. Setelah semuanya shalat, kami pun bergegas untuk pergi ke Palladium,hujan masih berjatuhan namun tidak sebanyak dan sederas tadi, dan kita memaksakan diri untuk pergi. Kita keluar dari area Merdeka Walk dan berjalan menuju Palladium. Karena Merdeka Walk itu bentuknya bundaran*kayak HI*, kita kebingungan dari jalan mana yang ke Palladium, sebenarnya ketika kita keluar dari area Merdeka Walk, kita hanya butuh jalan sedikit lagi untuk sampai di Palladium, namun akibat malu bertanya, kita jalan- jalan, dan akhirnya kita memutari bundara Merdeka Walk, di saat itu gue berinisiatif untuk bertanya kepada bapak- bapak yang ada disitu, dan beliau menunjukkan jalannya. Kita berjalan menuju Palladium dan masih gerimis, karena jalanan becek, kami angkat rok kami, dan ketika kami berjalan ada sebuah mobil yang kencang dari arah belakang, dan akhirnya kami terkena air becek, untung saja baju kami tidak basah hanya rok dan itu tidak terlalu fatal. Kita sampai di Palladium dan masuk, dan loe taw apa yang kami lakukan, kami jalan dan mencari kaca untuk bercermin, dan akhirnya kami berfoto ria kembali. Untuk kesekian kalinya kami tidak mempunyai rasa malu, padahal dibelakang kami ada satpam yang sedang berjaga, dia hanya senyum dan mungkin dalam hatinya dia bergumam” kasihan sekali mereka, datang kemari hujan- hujanan hanya untuk berfoto”.
Kita menuju lantai atas, karena tujuan kami ke Palladium bukan berfoto- foto melainkan mau ke Gramedia baca buku. Namun yang kami dapatkan hanya lah selembar kertas yang menempel dikaca, dan bertuliskan” Maaf, Pelanggan Gramedia Palladium Plaza, perlu kami sampaikan bahwa Gramedia Palladium pindah ke jalan Benteng, gue gak taw no berapa.” Sial banget kan, datang ke Palladium hujan- hujan, tempat yang dituju hanyalah ruang kosong. Eitsss, tapi tenang, bukan berarti kita putus asa, dan mencoba bunuh diri dari lantai atas ke bawah*gak mungkin dari bawah ke atas*, kita gak se- bego itu. Lagi- lagi kami berfoto ria,andaikan hp hye mi tidak lowbat mungkin sudah ribuan foto yang tersimpan di dalam memorinya, untung saja hp nya lowbat. Perlu gue jelasin, bahwa Palladium plaza itu tidak seperti plaza- plaza yang lainnya, yang penuh dengan toko- toko dan pengunjung. Yang ada hanyalah beberapa toko yang buka dan selebihnya tutup. Pengunjungnya juga bukan dari orang- orang pribumi, kebanyakan pengunjungnya manusia yang pelit banget untuk membuka matanya dan mempunyai kulit yang oriental.

Kita memutuskan untuk pulang karena waktu menunjukkan pukul 17.30, kita turun ke lantai bawah menggunakan eskalator. Untungnya, pas kita keluar dari plaza Palladium kita dapat angkot yang menuju ke rumah kita, jadi tidak harus menunggu lama. Gak di warung, gak di Mushollah, gak di plaza, di angkot juga kita membuat keributan. Gue taw ni ya apa di dalam  hati pak sopir” Ribut kali sih tuyul- tuyul ini”, tapi tak apalah lumayan juga, kalo mereka gue turunin  sayang dong Rp 7.500 lenyap begitu saja, gue juga butuh makan. Kita turun dari angkot dan berpencar. Gue se asrama dengan Baek hee jadi kita pulang bareng, dan Hye Mi pulang sendirian ke Kosnya. Walaupun melelahkan tapi kami tetap bahagia. Dan kesamaan diantara kita bertiga yaitu kita sama- sama perempuan dan kita ingin menjadi Penulis seperti Raditya Dika.


#Ending